Tasyakkur Hifdh Juz Amma: Titik Awal Perjalanan Menghafal 30 Juz di Pesantren Al-Amien Prenduan

Tasyakkur Hifdh Juz Amma: Titik Awal Perjalanan Menghafal 30 Juz di Pesantren Al-Amien Prenduan

Tahfidh Al-Amien, 27 April 2025 – Suasana haru dan kebanggaan menyelimuti Geserna (Gedung Serbaguna) Al-Amien Prenduan pagi tadi. Sebanyak 405 santri-santriwati Tahfidz Al-Qur’an tampak anggun dan wibawa, mengenakan pakaian terbaik mereka, pagi ini, mereka mengikuti prosesi kesyukuran atas pencapaian mereka, menghafal juz Amma. Acara Tasyakkur Hifdh Juz Amma yang digelar pukul 07.30 WIB ini bukan sekadar seremoni, melainkan sebuah deklarasi dan komitmen—bahwa hafalan Juz Amma yang mereka selesaikan hari ini hanyalah titik awal  menuju titik selanjutnya: khatam 30 Juz.

 

Ayahanda kami, Pimpinan & Pengasuh PP. Al-Amien Prenduan, KH. Ahmad Fauzi Tidjani, MA., Ph.D. membuka acara dengan tawassul yang menghunjam kalbu, mengalirkan doa untuk para pendiri pondok, para masyayikh dan guru-guru yang telah meletakkan dasar keilmuan di Al-Amien Prenduan. “Kita berjalan di atas cahaya perjuangan para masyayikh,” dawuh beliau, suaranya bergetar penuh penghayatan, yang kemudian dilanjutkan dengan alfatihah oleh seluruh hadirin. Acara dilanjutkan dengan lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an, yang dibacasecara bersama oleh seluruh peserta tasyakkur hifdh juz amma.

KH. Moh. Khoiri Husni, Pengasuh Tahfidz Al-Amien, dalam laporannya menyampaikan pencapaian yang luar biasa: 405 santri—147 putra dan 258 putri—telah melampaui target (kurang dari satu tahun). Sebanyak 40,9% telah menyelesaikan hafalan sebanyak 2 Juz, 50,7% dari mereka, telah menghafal 3-5 Juz, bahkan 0,7% di antaranya telah melampaui 10 Juz. “Ini adalah bukti nyata bahwa sistem talaqqi dan muraja’ah yang ketat, dipadu dengan kedisiplinan, mampu melahirkan penghafal berkualitas dalam waktu singkat,” tegas beliau. Yang membuat data ini lebih bermakna adalah fakta bahwa hampir semua peserta adalah santri baru tahun ajaran 2024-2025, hanya tiga santri “lama” yang ikut serta—sebuah pertanda bahwa tradisi tahfidz di Al-Amien terus melahirkan generasi emas. Alhamdulillah

Selanjutnya, Prosesi tasyakkur berlangsung khidmat. Satu per satu santri dipanggil ke depan, berjalan dengan langkah tegap namun hati bergetar. Di panggung, mereka tidak hanya menerima ijazah, tetapi juga genggaman tangan hangat dari para Kiai, Majelis Kiai. Sorot mata para wali santri yang hadir berkaca-kaca, menyimpan seribu doa dan harapan. Kemeriahan mencapai puncak ketika Ust. Adi Suhariyanto, M.Pd. mengumumkan nama-nama santri terbaik, disambut tepuk tangan riuh—sebuah pengakuan dan apresiasi bahwa prestasi dalam menghafal Al-Qur’an adalah kemuliaan yang tak ternilai.

Tausiyah KH. Ahmad Fauzi Tidjani menjadi momen yang menggetarkan. “Anak-anakku, kami bersyukur dan penuh bangga kepada kalian semua,” dawuh beliau dengan suara menggema. “Tasyakkur Juz Amma ini adalah janji—janji kalian kepada Allah, kepada guru-guru, dan kepada diri sendiri, bahwa ini baru permulaan. Jika hari ini kalian diwisuda Juz 30, maka suatu saat nanti, di panggung yang sama, kita akan menyaksikan kalian diwisuda 30 Juz!” Pekikan “Amien!” mengguncang ruangan, seakan menjadi ikrar suci. Beliau lalu menengok ke arah para wali santri, matanya berbinar: “Bapak dan Ibu sekalian, jangan pernah meragukan pilihan kalian menyekolahkan anak di sini. Selain fasilitas, ada asatidz yang totalitas dalam pendampingan” dawuh beliau menguatkan. “…selama ada barakah dan mujahadah, satu huruf Al-Qur’an yang mereka hafal akan menjadi pelita bagi keluarga njenengan, baik di dunia dan kelak khususnya di akhirat.”

Dr. Amir Faishal Fath, MA. atau yang akrab disapa Abi Amir, kemudian menyampaikan tausiyah bak cambuk penyemangat. “Saya ingin bertanya kepada para wali santri: Apa yang bisa kalian wariskan kepada anak-anak selain harta?” tanyanya retoris. “Harta habis, jabatan pudar, tapi Al-Qur’an yang melekat di dada mereka akan menjadi syafaat yang tak terputus.” Suasana hening ketika beliau melanjutkan dengan nada tegas: “Ingat, Bapak-Ibu sekalian, Anda boleh kaya, Anda boleh punya banyak harta. Anda bisa membeli fasilitas. Anda bisa membeli jam. Anda bisa membeli pendidikan.” dawuh beliau berapi-api, Namun, ingat! Anda tidak akan pernah bisa membeli hidayah!”. dawuh beliau sangat tegas, kemudian beliau melanjutkan, “Jangan menjauh dari Allah. Sujud panjenengan di malam hari! Tangis njenengan dalam doa putra-putri njenengan yang akan mengantarkan mereka menjadi generasi Rabbi Radhiyya” Kata-kata beliau, menusuk seperti pedang. beliau kemudian menambahkan, “Maka, jangan hanya menitipkan anak di sini lalu berlepas tangan. Riyadhoh kalianlah yang akan menentukan keberkahan hafalan mereka. Bangun malam, sujud, dan tangiskan nama mereka dalam doa—karena air mata orang tualah yang akan mengantarkan mereka menjadi generasi Rabbani.”

Acara ditutup dengan doa yang dipimpin Dr. KH. Ghozi Mubarok Idris, MA., mengalirkan harapan agar para santri tidak hanya menjadi penghafal, tetapi juga pengamal Al-Qur’an. Saat para santri beranjak keluar gedung, matahari pagi menyinari wajah-wajah mereka—seolah alam turut bersaksi bahwa hari ini, di Pesantren Al-Amien Prenduan, telah lahir calon-calon penjaga Kitabullah yang suatu hari nanti akan menerangi umat

Share via

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Home
Contact
PSB
Login

Subscribe to Our Newsletters

Jangan lewatkan update terbaru dari kami ! 📩 Subscribe sekarang untuk mendapatkan konten eksklusif, tips bermanfaat, dan info terbaru ke inbox Anda