Al-Amien Prenduan, Tahfidh (11/3) – Menjelang masa liburan, Pesantren Tahfidh PP. Al-Amien Prenduan menggelar Kuliah Umum Kemasyarakatan secara terpisah untuk santri putra dan putri. Acara yang rutin digelar setiap menjelang masa liburan ini bertujuan membekali santri dengan persiapan mental dan spiritual agar liburan tidak hanya menjadi momen istirahat, tetapi juga sarana pengembangan diri yang penuh makna.
Liburan sebagai Bagian dari Proses Pendidikan

Untuk santri putri, acara dibuka oleh KH. Dr. Ghozi Mubarok, MA, di Musholla Almahmadani usai shalat Tarawih, sekitar pukul 20.40 WIB. Dalam tausiyahnya, beliau membahas “Makna dan Hakikat Liburan” menurut pondok, beliau mengawali dengan mengajak santriwati bersyukur atas nikmat sehat, keislaman, dan keberhasilan menyelesaikan tahapan pendidikan di pesantren. “Liburan bukan sekadar jeda dari rutinitas. Ia harus menjadi perpindahan dari satu jenis ibadah ke ibadah lain, tanpa kehilangan nilai keberkahan,” tegasnya.
Beliau juga mengajak santriwati untuk mereflkesi: “Apakah liburan diperlukan?”, serentak para santriwati menjawab, “Perlu!” yang kemudian disambutdengan senyum oleh Kiai Ghozi, seraya berkata “Benar, perlu. Tapi liburan harus dimaknai sebagai sarana tawazun, atau keseimbangan antara hablum minallah dan hablum minannas,” dawuh beliau menguatkan, kemudian beliau mengutip kisah sahabat Nabi yang ditegur Rasulullah karena terlalu fokus pada ibadah individu hingga mengabaikan interaksi sosial.
Beliau juga memberikan tips, bagaimana menjadikan liburan bermanfaat dan penuh keberkahan, pertama, memahami tujuan dan hakikat liburan “…liburan harus di dasari ilmu, yakni tahu apa tujuan dan hakikat liburan” dawuh beliau. Kedua, memiliki niat untuk menjadikan liburan yang bermanfaat. dan ketiga, memiliki perencanaan yang baik yang diisi dengan hal yang baik. “Pondok ingin liburan menjadi bagian dari pendidikan, bukan perusaknya. Jika diisi dengan kemaksiatan, liburan justru menjadi mafsadat. Tapi jika dirajut dengan ilmu dan niat baik, ia akan melahirkan keberkahan,” dawuh beliau menegaskan.
Santri Putra Diingatkan untuk Konsisten dengan Kebiasaan Pesantren

Sementara itu, di Majelis Tahfidh Al-Amien, acara santri putra dibuka oleh KH. Junaidi Rasyidi, mewakili Pengasuh Tahfidh KH Moh Khoiri yang berhalangan hadir. Dengan penuh semangat, beliau mengingatkan agar santri tidak terjebak euphoria liburan. “Apa yang sudah menjadi program pesantren; qiyamul lail, murajaah hafalan, hingga dhuha, harus tetap dijalankan. Jangan sampai liburan memutus rantai kebaikan,” tegasnya.
KH. Junaidi juga mengingatkan pentingnya kewaspadaan. “Hati-hati dengan godaan yang merusak: pergaulan bebas, konten negatif, atau sikap lalai. Liburan adalah ujian apakah kalian bisa menjaga istiqamah di tengah lingkungan yang berbeda.” Beliau mencontohkan, kegiatan seperti membantu orang tua, mengajar mengaji di kampung, atau menghadiri majelis ilmu bisa menjadi alternatif pengisi waktu.
Liburan: Momentum Menjadi Duta Pesantren

Kedua narasumber sepakat bahwa liburan adalah kesempatan bagi santri untuk menerapkan nilai-nilai pesantren di masyarakat. “Kalian adalah duta-duta Al-Amien. Perilaku kalian selama liburan akan menjadi cerminan kualitas pendidikan di sini,” tutur KH. Ghozi. Pesan ini diamini KH. Junaidi: “Jika di pesantren kalian belajar disiplin, maka di rumah buktikanlah. Jadilah contoh bagi adik-adik dan tetangga.” bahkan diakhir tausiyah, KH. Dr. Ghozi Mubarok, menegaskan dengan nada penuh penekanan, “Jangan jadi tamu, dirumah sendiri”.
Acara Kuliah Umum Kemasyarakat akan berlangsung selama beberapa hari kedepan, untuk Putri, berakhir pada hari Jum’at pagi (14/3), sementara untuk Putra, akan ditutup pada hari Sabtu (15/3).
Share via