Tahfidh Putri (2/5) – Malam ini, Aula SMP Tahfidh Putri Al-Amien Prenduan bergema penuh kehangatan, dengan lantunan ayat suci Al-Qur’an, diiringi semangat ratusan santri putri yang berkumpul dalam pembukaan English Week 2025. Acara yang berlangsung khidmat ini bukan sekadar perayaan bahasa, melainkan ungkapan atau deklarasi komitmen para santri putri sebagai calon pemimpin muslimah global masa depan. Acara malam ini, yang dibuka langsung oleh ayahanda KH. Ahmad Fauzi Tidjani, Ph.D., menjadi momen penegasan: bahasa Inggris adalah senjata dakwah, jembatan ilmu, dan cermin ketakwaan.
Dari Tawassul hingga Tausiyah: Merajut Bahasa dan Iman
Acara dibuka dengan tawassul yang dipimpin KH. Ahmad Fauzi Tidjani, Ph.D., mengalirkan doa untuk para masyayikh yang mendahului, serta kelancaran acara dan keistiqamahan santri. Suasana kian syahdu ketika Al-Qur’an dibacakan, dilanjutkan dengan koor Hymne Al-Amien Prenduan dan Mars Tahfidh Al-Amien yang dinyanyikan penuh semangat, hangat dan keharuan. Namun, puncak malam hadir saat Ayahanda, Pimpinan dan Pengasuh PP. Al-Amien Prenduan, KH. Ahmad Fauzi Tidjani, MA., Ph.D., menyampaikan tausiyah pembuka yang memantik api motivasi bagi seluruh yang hadir malam tadi.
“Bahasa Inggris bukan sekadar kata-kata. Ia adalah tangga menuju syurga jika kita niatkan untuk dakwah,” tegas beliau, memulai orasi dengan intonasi penuh semangat dan ketegasan seorang ulama yang akademisi. Berikut delapan poin pokok yang beliau haturkan didepan santri menggunakan bahasa Inggris.
1. Karakter Pemimpin Muslimah: Berani, Disiplin, dan Visioner
Beliau menekankan bahwa Acara English Week ini bukan sekedar kegiatan biasa, namun perayaan yang menekankan keberanian untuk berkembang, kemauan keras memperbaiki diri dan komitmen untuk membentuk diri menjadi muslimah yang tangguh. “Kalian harus keluar dari zona nyaman, berani salah, dan terus memperbaiki diri. Sebab, pemimpin bukanlah mereka yang sempurna, tapi yang tak kenal lelah belajar,” ujarnya. Bahasa Inggris, dawuh beliau, adalah kunci untuk menggali khazanah keislaman global, mulai dari tafsir kontemporer hingga dialog antaragama.
2. Bahasa Inggris: Senjata Dakwah Lintas Batas
“Bayangkan, suatu hari kalian bisa menjelaskan Al-Qur’an, kepada seseorang di Australia, atau berdiskusi dengan Haji yang datang dari New York. Itu mungkin terjadi jika kalian menguasai bahasa Inggris,” dawuh beliau. Bahasa Inggris bukan sekedar keterampilan, melainkan kunci menyebarkan dakwah lintas batas. Dengan bahasa ini, santri dapat menjalin silaturahmi dengan muslim di seluruh dunia, berbagi nilai-nilai keislaman, hingga membuka pintu dialog dengan non-muslim secara santun dan efekti.
3. Bahasa Global dan Akses Kepemimpinan
Sebagai bahasa nomer satu di dunia, Bahasa Inggris menjadi medium komunikasi para pemimpin global. Penguasaannya membuka peluang untuk berkontribusi di kancah internasional, sekaligus menguatkan posisi muslimah sebagai agen perubahan.
4. Disiplin adalah Cermin Takwa
Belajar bahasa Inggris tidak hanya kewajiban akademis, tetapi bagian dari disiplin yang sejalan dengan ketaatan kepada Allah. Santri diingatkan: kedisiplinan dalam belajar adalah cerminan ketakwaan, dan proses belajar harus dijalani tanpa rasa takut akan kesalahan.
5. Lingkungan Belajar yang supportif
Beliau juga menekankan pentingnya menciptakan lingkungan tanpa perundungan (bullying), saling mendukung, dan bekerja sama. dawuh beliau, “Setiap kesalahan dalam proses belajar harus dipandang sebagai langkah menuju kemajuan, bukan cela..”
6. Belajar Sepanjang Hayat: “Dunia Bukan Milik yang Sempurna”
“Dunia bukan milik mereka yang sempurna, tapi yang (Bagi mereka) yang terus berusaha”. dawuh beliau penuh motivasi. hal ini menjadi pengingat bagi kita semua, untuk terus meningkatkan kemampuan, berani salah dalam belajar. beliau juga mengajak Santri untuk memanfaatkan setiap kesempatan praktik bahasa, baik melalui event maupun diskusi harian, guna membangun kreativitas, kepercayaan diri, dan jiwa kepemimpinan.
7. Integrasi Ilmu Agama dan Keterampilan Global
Menjadi muslimah ideal bukan hanya tentang menghafal Al-Qur’an, tetapi juga menguasai wawasan, bahasa, dan keterampilan untuk berdakwah secara multidimensi. Bahasa Inggris menjadi jembatan menghubungkan kedalaman agama dengan dinamika zaman.
8. Pesan Pamungkas: Semangat pantang menyerah.
“Hatimu mungkin berkata ‘sulit’, tapi teruslah mencoba!” — pesan ini menegaskan bahwa proses belajar adalah investasi masa depan. Dengan tekad dan dukungan komunitas, setiap santri mampu menjadi ahli yang berkontribusi bagi umat dan dunia.
English Week: Lab Dakwah Multidimensi
Acara yang akan berlangsung sepekan ini dirancang sebagai miniature of global engagement. Mulai dari lomba pidato, debat, atau perlombaan lain, dan bahkan beberapa kegiatan pengembangan bahasa. Semua dirancang untuk mengasah confidence, creativity, dan critical thinking. English Week diharapkan tidak hanya membekali santri dengan kemampuan bahasa, tetapi juga menanamkan nilai kepemimpinan, disiplin, dan kesadaran sebagai bagian dari generasi muslimah global yang unggul dan berakhlak.
Malam ini, di bawah langit Madura yang berselimut bintang, para santri putri pulang dengan tekad kuat: menjadi penghafal Al-Qur’an yang fasih berbahasa Inggris, pemimpin yang berani bersuara, dan duta dakwah melintas batas. Seperti dawuh Kiai Fauzi dalam suatu kesempatan yang lain, “Kalian adalah generasi yang akan menjawab tantangan zaman. Bicaralah dengan bahasa Al-Qur’an, dan sampaikan ia dengan bahasa dunia.”