Oleh : Ny. Nazlah Hidayati M.Psi *
Secara umum, mukjizat dikenal sebagai kejadian ajaib yang sulit dijangkau kemampuan akal manusia. Dalam Islam, mukjizat berarti melemahkan atau menjadikan tidak mampu. Dan al-Qur`an merupakan mukjizat besar Islam yang terbentang sepanjang masa. Tak akan ada seorangpun mampu membuat tandingannya hingga akhir zaman nanti.
Al-Qur`an memiliki banyak aspek keistimewaan dan kemukjizatan. Salah satunya adalah mukjizat psikologis. Al-Qur`an diyakini sebagai satu-satunya kitab suci yang memiliki energi daya gubah dan gugah yang luar biasa, serta semacam pengaruh yang dapat melemahkan dan menguatkan jiwa seseorang. Peristiwa keislaman Umar ibn Khaththab RA setelah membaca lembaran ayat-ayat al-Qur`an, menjadi bukti kemukjizatan al-Qur`an secara psikologis ini.
Allah berfirman, ”Sesungguhnya orang-orang mukmin (yang sempurna) adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, bergetar hati mereka. Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, bertambah iman mereka.”(Qs. al-Anfâl [8]: 2)
Bukti lain misalnya, penelitian yang dilakukan DR. Ahmad al-Qadhi mengenai pengaruh ayat-ayat al-Qur`an terhadap kondisi psikologis dan fisiologis manusia. Ia buktikan, al-Qur`an mampu menciptakan ketenangan batin (psikologis) dan mereduksi ketegangan-ketegangan saraf (fisiologis). Penelitian ini dilakukan terhadap lima sukarelawan non-muslim, berusia antara 17-40 tahun, menggunakan alat ukur stres jenis MEDAQ 2002 (Medical Data Quetient), yang dilengkapi software dan sistem detektor elektronik hasil pengembangan Pusat Kedokteran Universitas Boston, Amerika Serikat.
Sebelum penelitian dimulai, setiap responden dipasangi empat jarum elektrik di tubuh masing-masing, yang dikoneksikan ke mesin pengukur berbasis komputer. Ini dilakukan untuk mendeteksi gelombang elektro-magnetik, dan mengukur reaksi urat saraf reflektif pada masing-masing organ tubuh responden.
Pada ujicoba pertama, kelima responden diperdengarkan 85 kali ayat-ayat al-Qur`an secara mujawwad (tanpa lagu). Pada percobaan kedua, 85 kali diperdengarkan kalimat-kalimat biasa berbahasa Arab secara mujawwad. Dan pada percobaan ketiga, 40 kali responden dibiarkan duduk membisu sambil menutup mata, tanpa dibacakan apa-apa. Hasilnya, 65% responden yang mendengarkan ayat-ayat al-Qur`an mendapat ketenangan batin dan ketegangan sarafnya turun hingga 97%.
Begitulah kemukjizatan al-Qur`an yang bukan sekedar kitab bacaan, namun mampu memotret jiwa dan raga manusia. Tapi, untuk menyingkap tabir dan rahasia al-Qur`an, tidak akan mampu dilakukan menggunakan cara-cara sombong (Qs. al-A’râf[7]: 146). Seperti diungkap Prof. DR. Jeffrey Lang, guru besar Matematika Amerika dari Universitas Kansas yang kini telah masuk Islam, ”Anda tidak dapat membaca al-Qur`an begitu saja, kecuali jika Anda bersungguh-sungguh memberi perhatian dengan penghayatan mendalam. Anda tinggal memilih, menyerahkan sepenuhnya, seluruh jiwa dan raga, kepada al-Qur`an, atau Anda akan memeranginya dengan akal dan nalar Anda. Maka al-Qur`an akan menyerang Anda lebih kuat dari yang Anda bayangkan, mendebat, mengkritik dan membuat malu para penantangnya.”
Selain sebagai potret jiwa dan raga, al-Qur`an juga berfungsi sebagai obat/terapi psikologis. Efek penyembuhan dengan memperdengarkan ayat-ayat al-Qur`an atau meminta pasien untuk membacanya, terbukti sangat luar biasa.
Sebuah riwayat yang disampaikan Ibnu Sunni dari Abdurrahman ibn Abu Laila disebutkan, pernah seorang lelaki datang menghadap Rasulullah SAW dan berkata, ”Saudaraku sedang sakit, wahai Rasulullah.” Nabi bertanya, ”Sakit apa saudaramu?” ”Sejenis penyakit hilang ingatan (gila),” jawab lelaki itu. Lalu Nabi memeritahkan, ”Bawalah ia padaku.” Setelah si pasien dihadapkan kepada Rasulullah, lalu beliau menerapinya dengan membacakan ayat-ayat dari surah al-Fâtihah, al-Baqarah ayat 2-5, 163-164, 225, 284-286, Âli ’Imrân ayat 2, 18, al-A’râf ayat 54, al-Mu`minûn ayat 116, al-Jin ayat 3, al-Hasyr ayat 22-24, al-Ikhlâs ayat 1-4, al-Falaq ayat 1-5, dan an-Nâs ayat 1-6. Setelah beberapa kali diterapisi pasien sembuh dan normal kembali. Subhânallâh.
Membentuk Kepribadian
Seperti dikemukakan di atas, al-Qur`an hanya akan berpengaruh secara psikologis jika seseorang benar-banar mampu bersahabat akrab dengannya. Baik dengan membaca, menghayati dan mengamalkannya penuh keyakinan, disiplin dan berulang-ulang. Membaca al-Qur`an dengan memahami maknanya melalui tafsir dan takwil (al-hikmah), akan menghasilkan potensi pencegahan, perlindungan dan penyembuhan banyak penyakit psikologis. Segala penyebab gangguan psikologis dan terganggunya eksistensi kejiwaan akan lenyap dengan menjadikan al-Qur`an sebagai pedoman hidup.
Ketika seseorang mampu menjadikan al-Qur`an sebagai pedoman hidup, berarti ia telah memiliki kepribadian Qur’ani. Kepribadian semacam ini diperoleh ketika seseorang telah berhasil mentransformasikan isi kandungan al-Qur`an ke dalam dirinya, untuk kemudian diinternalisasikan dalam kehidupan nyata. Proses transformasi dan internalisasi tersebut harus tercermin dalam semua dimensi nilai-nilai al-Qur`an. Yaitu dimensi i’tiqâdiyah (keimanan), khuluqiyyah (etika), dan ’amaliyyah (perilaku).
Simbologi al-Qur`an
Sebuah wacana mukjizat al-Qur`an yang kini mulai diteliti oleh beberapa ahli sebagai ilmu baru adalah simbologi al-Qur`an yang mampu memetakan dan membaca karakter manusia. Menurut ilmu ini, karakter setiap orang terwakili oleh salah satu dari 30 juz di dalam al-Qur`an. Artinya, baik masa lalu, kelebihan dan kekurangan, bakat dan minat, problem solving, sifat, dan prediksi kehidupan masa depan seseorang, dapat diketahui dengan menganalisis dan mempelajari juz yang menjadi karakternya. Penentuan juz, didasarkan pada pemaknaan simbol-simbol dalam al-Qur`an yang meliputi huruf, ayat, surah, halaman, angka dan tema.
Kriteria huruf Hijaiyah yang dipergunakan dalam penentuan juz adalah deret 32 huruf, dengan menambahkan empat huruf tâ`, alîf lâm, hamzah, dan lâm alîf dari 29 deret huruf yang lazim dikenal. Setiap huruf memiliki makna simbolik tersendiri. Misalnya huruf-huruf dari âlîf sampai syîn, diasumsikan sebagai simbol tubuh atau fisik. Huruf shâd sampai kâf, diasumsikan memetakan tentang masa depan dalam realitas sehari-hari. Sedangkan huruf lâm sampai alîf lâm menggambarkan masa lalu.
Berbagai metode yang digunakan, antara lain metode identifikasi karakter berdasarkan surah, struktur huruf, huruf cetak tebal di setiap awal juz, tanda ruku’ (’ain juz), dan makna halaman. Misalnya, ketika analisis menggunakan metode identifikasi karakter berdasarkan surah, maka seseorang yang memiliki karakter juz dua (surah al-Baqarah) dengan total 111 ayat, jika dikorelasikan dengan surah ke-111 (al-Lahab/gejolak api), maka orang yang memiliki karakter juz tersebut cenderung menanggapi sesuatu dengan emosi dan sulit mengendalikan emosi.
Makna lainnya, surah al-Baqarah artinya sapi betina. Sapi adalah binatang yang kuat menghadapi perubahan cuaca. Maka orang dengan karakter juz dua, cenderung memiliki ketahanan fisik terhadap cuaca. Ia seorang pekerja keras dan pantang menyerah, namun kadangkala ia bisa kehilangan inisiatif jika emosi sedang menguasai.
Begitulah. Selain efek menenangkan dan menggetarkan jiwa, al-Qur`an juga memiliki efek preventif, kuratif dan terapeutik terhadap berbagai penyakit kejiwaan, spiritual hingga fisik. Wallâhu a’lam
~ Disadur dari Majalah Qalam Edisi 1
* Dosen UIN Malang
Share via